Dingin malam mulai berganti dengan
hangatnya sang mentari yang perlahan mulai menampakkan dirinya di ufuk timur. Terlihat
seorang anak kecil yang sudah beranjak pergi dari rumahnya. Ia adalah seorang
anak yang bernama Dodi. Tak dapat lagi ia merasakan hangatnya bangku sekolah
yang selalu ia inginkan semenjak sepeninggalan Ayahnya. Setiap pagi ia bergegas
pergi keperempatan jalan dengan baju lusuh dan tak beralas kaki untuk mengais
rezeki dengan [1]berjualan
koran. Di sana Dodi tak sendiri, Ia bersama beberapa orang lain juga ikut mengais
uang di sana dengan berbagai bentuk pekerjaan. Salah seorang sahabatnya yang
kehidupan keluarganya tak jauh berbeda dengannya. Anak itu bernama Rian.
Seharian kami menghabiskan hidup di
perempatan jalan, hanya bunyi mesin kendaraan yang berderu yang menjadi musik
kami serta debu- debu yang berterbangan bagaikan embun yang selalu kami nikmati, begitulah kira-
kira yang mereka rasakan setiap hari. Dodi dan Rian memiliki tempat tinggal
yang berdekatan di suatu daerah kumuh di suatu kota miskin. Meski begitu Ia
tetap merasakan kebahagian dengan tinggal bersama Ibu dan Adiknya, hingga suatu
hari datanglah sebuah kelompok bersenjata yang tak seorangpun tahu siapakah
kelompok bersenjata itu. Mereka dengan gelap mata membunuh semua orang yang
tinggal di sana. Dodi yang sedang membantu ibunya untuk mencuci di pinggir
sungai dan betapa terkejutnya mereka mendengar letupan senjata yang terdengar
dan terus mendekat kepada mereka. Merasakan sesuatu yang buruk Ibu Dodi
langsung mendorong Dodi ke sungai, ia menyuruh Dodi agar tidak kembali untuk
sementara dan bersembunyi di suatu tempat hingga ia menjemputnya. Namun belum sempat Ibunya
berlari untuk menjemput adiknya, salah seorang kelompok bersenjata tersebut
telah menembaknya. Dodi yang hanyut tak dapat berbuat apa- apa melihat kejadian itu. Ia bingung dan tak tahu
akan bagaimana kedepannya.
Setelah beberapa lama ia mengikuti
arus sungai ia terpikir tentang Rian yang saat itu sedang bekerja. Dengan tubuh
yang masih basah Ia langsung pergi untuk mencari Rian. Namun saat Ia sudah
sampai di perempatan jalan, tak terlihat lagi keberadaan Rian di sana. Dengan
tergesa- gesa ia berlari ke jalan pulang yang selalu mereka lewati. Untungnya
Ia masih bertemu dengan Rian di suatu toko elektronik dan sedang menonton suatu
acara yang sangat mereka sukai. Lalu Ia menceritakan semua yang terjadi kepada
Rian. Tetapi Rian memaksakan kehendaknya untuk melihat tempat tinggal mereka. Namun
Rian menyadaro tak ada lagi alasan untuk kembali, semua telah tiada. Di malam
itu tak dapat lagi mereka rasakan hangatnya keluarga. Mereka memilih untuk
mencari tempat tinggal yang baru. Berhari- hari mereka berjalan tak tentu arah
dan hanya mengandalkan pemberian dari orang- orang untuk makan sehari- hari.
Hingga suatu hari saat mereka masih tertidur dipinggir jalan mereka terbangun
oleh seorang Pria yang memberi mereka
makanan. mereka di ajak oleh Pria tersebut ke sebuah rumah yang disana penuh
dengan anak- anak seperti mereka yang sedang asyik bermain.
Seakan mendapat keluarga baru,
mereka ikut bermain dengan anak- anak itu. Dimalam hari mereka berkumpul untuk
berbagi cerita bersama, mereka diminta oleh Pria tersebut untuk bernanyi satu
persatu. Bagi mereka yang beruntung yang memiliki suara merdu akan mendapat
hadiah dari Pria tersebut. Namun mereka berdua tak terpilih karena ada seorang
anak yang memiliki tubuh kurus dan lebih kecil dari mereka yang memiliki suara
sangat merdu. Merekapun tak putus asa dan akan berlatih untuk bernyanyi lebih
baik lagi. Di sana juga mereka bertemu dengan seorang anak perempuan yang
bernama Devi, ia juga ingin dipilih untuk mendapatkan hadiah tersebut.
Keesokan harinya mereka dibangunkan
dan disuruh untuk bersiap- siap. Mereka semua diantarkan ke setiap sudut kota.
Dodi dan Rian tak tahu apa yang terjadi, Devi pun menjelaskan bahwa anak- anak
yang diurus oleh pria itu harus mengemis untuk membalas budi atas kebaikannya.
Seakan telah terbiasa dengan pekerjaan seperti itu mereka tak
mempertanyakannya. Hingga suatu saat mereka melihat anak yang bermain- main
saaat bekerja dipukuli seakan kebaikan
Pria itu hilang. Suatu hari Rian dipercaya untuk menjadi anak yang bertugas
memukuli anak- anak yang bermain atau bermalas- malasan. Saat itu Rian belum
menyadari sesuatu yang ganjal tentang Pria tersebut. Hingga suatu malam Rian
diperintahkan untuk memanggil anak yang beruntung mendapatkan hadiah dari Pria
itu. Namun betapa terkejutnya Rian saat ia melihat Pria itu dengan tangan
dingin menyiramkan cairan yang membutakan anak itu. Rian tak tahu akan berbuat
apa, namun dia hanya menuruti perintah Pria tersebut.
Hingga
keesoka[2]nnya
Pria itu meminta agar anak- anak berkumpul dan bernyanyi satu persatu lagi.
Betapa beruntungnya bagi Dodi, ia mendapatkan hadiah itu. Setelah semua anak
tertidur, Dodi yang sedang bercerita dengan Devi langsung dipanggil oleh Rian
untuk menemui Pria itu. Rian yang tak rela sahabatnya dibuat buta langsung
menyiram cairan itu ke arah Pria tersebut. Mereka berdua pun langsung berlari
keluar dari tempat itu, dan ternyata Devi juga menyaksikan kejadian tersebut
dan langsung ikut berlari bersama Dodi dan Rian, namun mereka tetap tak berada
dalam situasi yang aman, mereka dikejar oleh bawahan Pria tersebut. Setelah
lama berlari mereka tak sengaja bertemu dengan kereta api yang baru berjalan,
Beruntung bagi Dodi dan Rian, mereka berhasil naik ke kereta itu, namun Devi
yang kelelahan tak dapat menjangkau kereta itu dan terpaksa kembali ke rumah
itu. Dodi yang tak merelakan hal itu mencoba kembali menjemput Devi, namun Rian
menghalaunya karena Ia yakin mereka tak dapat berbuat apa- apa jika mereka
menolong Devi.
Mereka
berdua berhasil kabur dari rumah itu, bertahun tahun mereka hidup mengelandang,
mencari uang dari mulai dari bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran,
mengemis, dan berbagai macam hal mereka kerjakan demi melanjutkan hidup mereka.
Namun Dodi yang tak dapat melupakan kejadian itu setiap hari mencoba mencari
keberadaan Devi. Tak banyak yang Ia dapat lakukan.
Ia
hanya dapat bertanya kepada setiap orang yang Ia temui tentang ciri- ciri Devi.
Hingga suatu hari ia mendapat petunjuk bahwa Devi bekerja sebagai pelayan di
sebuah restoran. Dodipun langsung mengajak Rian untuk menjemput Devi.
Tak
lama kemudian mereka telah sampai di restoran yang dimaksud. Betapa senangnya
hati Dodi melihat Devi yang sedang bekerja di restoran itu. Tak dapat
terpikirkan bahwan mereka dapat bertemu kembali. Tak disadari ternyata di sana juga
Pria dan bawahannya yang memberi mereka tempat tinggal dahulu sedang berada.
Pria itu langsung menghalau mereka dengan senjata yang dibawanya. Mereka sempat
akan ditahan oleh Pria itu. Namun saat Pria itu mendekat kepada kami Rian juga
mengeluarkan senjata yang disimpannya dan langsung menembak Pria itu. Sedangkan
bawahannya yang lain hanya bisa terdiam karena mereka tak bersenjatakan apapun.
Merekapun lekas kabur dari Restoran itu.
Saat
mereka telah merasa aman dari tempat itu, mereka seakan- akan tak percaya dapat
kabur dari sana. Dodipun heran dan menanyakan dari mana Rian mendapatkan
senjata itu. Rian mengatakan bahwa Ia mendapat pekerjaan dari seseorang yang
juga menjadi mafia yang sudah lama mengincar Pria yang ditembaknya. Awalnya
Dodi tidak terlalu khawatir akan pekerjaan yang Rian lakukan, namun sampai
suatu saat, Rian memaksa agar Devi untuk ikut dengannya. Tetapi Dodi yang
mengetahui hal ini tak dapat mencegahnya karena Rian yang mengancam dengan
menggunakan senjatanya. Sejak saat itu Dodi tak pernah lagi melihat mereka
berdua. Kini semua seakan hilang, Dodi tak memiliki siapa- siapa lagi, tak
terpikir olehnya bahwa sahabatnya dari kecil bisa menghianatinya, bahkan kini
sahabatnya itu telah terjerumus ke dunia yang bahkan tak mungkin terbayangkan
olehnya. Bahkan orang yang Ia cari dari kecilpun telah hilang.
Setelah
semua hal itu Dodi mencoba melupakan segalanya, kini Ia hanya ingin mengubah
jalan hidupnya menjadi lebih baik lagi. Di siang hari Ia bekerja sebagai pekerja
bersih- bersih di suatu tempat kursus. Dari sana tidak hanya penghasilan yang
Ia peroleh, namun juga ilmu yang didapat dari memperhatikan pelajaran diluar
kelas. Di malam harinya Ia juga bekerja sebagia Office Boy di kantor salah satu
operator telepon. Di kantor itulah Ia mendapat keberuntungan yang tidak terduga
sekaligus menemukan kembali sesuatu yang berarti.
Di
saat Ia sedang menjalankan tugasnya, Ia heran beberapa pegawai yang menjawab
layanan masyarakat sedang sibuk menonton suatu acara di ruang istirahat. Ia
lalu dipanggil oleh salah satu pegawai untuk menggantikan posisinya, dengan
kesempatan itu ia mencoba mencari nama Rian dan
beberapa nomor muncul. Ia mencoba menelpon nomor- nomor itu satu
persatu, d[3]an
tak terduga olehnya jika yang menjawab telepon itu adalah Rian yang selama ini
ia cari. Tanpa pikir lagi Ia langsung mengungkapkan siapa jati dirinya.
Rian-pun seakan tak percaya jika itu adalah Dodi. Dodi langsung meminta Rian
untuk bertemu dengannya. Setelah percakapan itu selesai, Ia mendapat panggilan
dari sebuah nomor telepon, setelah Ia menjawab telepon itu, Dodi hanya menjawab
beberapa pertanyaan dari sang penelpon. Ternyata itu adalah konfirmasi dari
pendaftaran yang dilakukan oleh pegawai itu untuk mengikuti acara yang
ditontonnya. Dodi dengan tak sengaja mengikuti acara tersebut dan seisi kantor
tersebut riuh.
Keesokannya
Dodi datang untuk bertemu dengan Rian disuatu tempat. Rian dengan penampilannya
yang sudah tidak seperti dulu, kini Rian tak lagi hidup sengsara. Dodi yang
masih teringat kenangan yang dibuat Rian dahulu tak dapat terpendam. Ia
langsung mengeluarkan amarahnya yang juga bercampur dengan kenangan masa lalu
mereka kepada Rian dengan beberapa pukulan yang bahkan Ia tak rela untuk
melakukannya. Rian yang merasa bersalah hanya merelakan dirinya. Tak lama
merekapun suasana mereda seperti mereka baru saja berkenalan di antara mereka. Di
sana Rian menjelaskan segala perbuatan yang Ia lakukan dan bahkan Ia
menceritakan bahwa kelompok yang menghancurkan desa mereka dulu adalah suruhan
dari Ketua mafia dari Rian, mereka melakukannya hanya demi mendirikan sebuah
komplek mewah demi keuntungan mereka sendiri. Dodi tak begitu memikirkan tentang
apa yang Rian ceritakan, Ia hanya mau menanyakan tentang kondisi dan keberadaan Devi sekarang. Setelah cukup Rian
menceritakan semua yang terjadi, Dodi bergegas pergi ke alamat rumah tempat
Devi bekerja sebagai pelayan. Dan ternyata rumah itu merupakan rumah ketua
mafia yang memberi Rian pekerjaan. Dan saat itulah sekali lagi Dodi dapat
bertemu kembali dengan Devi. Namun saat itu Devi tak bisa langsung pergi
bersama Dodi. Gerbang Rumah itu seakan tak bisa terbuka dengan banyak
bawahannya di sana. Dodi kini tak dapat berbuat apa- apa lagi, mungkin itulah
pertemuan terakhir mereka. Dodi kini merasa lebih baik setelah bertemu dengan
kedua sahabatnya dulu, meskipun mereka bertiga tak dapat lagi bersama.
Malam
telah datang, acara yang diinginkan oleh
hampir semua orang dan tak terbayangkan dibenak Dodi kini telah datang. Dodi
yang tak terlalu berharap dari acara tersebut hanya mencoba mengikutinya.
Beberapa orang menganggap Dodi tidak akan menang karena dari tampang saja Ia sudah
tak meyakinkan. Namun setelah beberapa kali menjawab pertanyaan, hampir semua
pertanyaan itu merupakan pengalaman hidupnya selama ini. Hampir semua mata di
kota itu menyaksikan acara tersebut, tak terkecuali Rian dan Devi. Melihat Bosnya
yang sedang lengah, Rian dengan rasa bersalah mencoba memperbaiki kenangan buruk
yang terukir dahulu dengan dengan membantu Devi untuk kabur dari rumah itu.
Rian mencoba menghalau bawahan bosnya yang lain, Devi-pun akhirnya lolos dari
rumah itu, namun sayangnya Rian tidak selamat karena mencoba melindungi Devi.
Sementara itu Dodi terus menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh
acara tersebut. Hingga sampai pertanyaan terakhir yang merupakan pertanyaan
yang tak Ia ketahui jawabannya. Dengan keberuntungannya Dodi menjawab dengan
benar dan menjadi orang kaya dan terkenal dalam semalam. [4]
Semua
tak berhenti sampai di sana, Dodi yang telah sukses juga mendapat sesuatu yang selalu
Ia harapkan selama ini, yaitu dapat bersama lagi dengan Devi. Semua itu Ia
bukan dengan keberuntungan, namun Ia mendapatkan
semua itu dengan penuh perjuangan hidup dan merelakan banyak hal.[5]
karya : Muhamad Kusmurtanto
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Cerpen
dengan judul Cerpen “The Two Musketeer”. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://deden-arpega.blogspot.com/2015/03/cerpen-two-musketeer.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown -
Belum ada komentar untuk "Cerpen “The Two Musketeer”"
Posting Komentar