gBM1WdTaBcBdGGfGh1zXee4sBxQ Deden's Arpega

Deden's Arpega

Tugas Kwn "Poster Bela Negara"


Assalamualaikum. wr.wb.
Kali ini saya akan posting sebuah poster hasil karya saya sendiri yang baru selesai rilis malam ini.Poster ini merupakan salah satu tugas ( Remedial ) poster ini bisa dijadikan referensi untuk kalian yang ingin membuat poster dengan tema bela negara. Poster ini  didekasikan untuk guru Kwn saya Mis. Nurhidayati.


Simple Word : 
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawanya.

Unknown SMANDA

Puisi "Ironi Negeri Ini"

Ironi Negeri Ini
Karya : Banar Prio Jati

Sekalipun rumahku kau pagari emas
Sekalipun rumahku kau tanamai kasturi
Aku tak kan bahagia

Hidup seperti tak beryawa
Berjalan seperti tak bergerak
menjadi budak di negeri sendiri
Seperti ironi tak kunjung henti

Langkahku selalu di hantui
Jalanku selalu di halangi
Ada yang  berteriak NKRI harga mati 

Orang berdasi berteriak korupsi sampai mati
Rakyat kecil hanya bisa bungkam dan mati berdiri

Negeriku........
Sungguh penuh ironi
Unknown

Puisi Deden

Assalamu'alaikum

Akhirnya setelah lama tidak posting hari ini bisa posting lagi.Baiklah pada postingan kali ini saya akan menuliskan sebuah puisi namun itu bukan karya saya melainkan teman saya. langsung saja.

Unknown Puisi

Cerpen “The Two Musketeer”




            Dingin malam mulai berganti dengan hangatnya sang mentari yang perlahan mulai menampakkan dirinya di ufuk timur. Terlihat seorang anak kecil yang sudah beranjak pergi dari rumahnya. Ia adalah seorang anak yang bernama Dodi. Tak dapat lagi ia merasakan hangatnya bangku sekolah yang selalu ia inginkan semenjak sepeninggalan Ayahnya. Setiap pagi ia bergegas pergi keperempatan jalan dengan baju lusuh dan tak beralas kaki untuk mengais rezeki dengan [1]berjualan koran. Di sana Dodi tak sendiri, Ia bersama beberapa orang lain juga ikut mengais uang di sana dengan berbagai bentuk pekerjaan. Salah seorang sahabatnya yang kehidupan keluarganya tak jauh berbeda dengannya. Anak itu bernama Rian.
            Seharian kami menghabiskan hidup di perempatan jalan, hanya bunyi mesin kendaraan yang berderu yang menjadi musik kami serta debu- debu yang berterbangan bagaikan embun  yang selalu kami nikmati, begitulah kira- kira yang mereka rasakan setiap hari. Dodi dan Rian memiliki tempat tinggal yang berdekatan di suatu daerah kumuh di suatu kota miskin. Meski begitu Ia tetap merasakan kebahagian dengan tinggal bersama Ibu dan Adiknya, hingga suatu hari datanglah sebuah kelompok bersenjata yang tak seorangpun tahu siapakah kelompok bersenjata itu. Mereka dengan gelap mata membunuh semua orang yang tinggal di sana. Dodi yang sedang membantu ibunya untuk mencuci di pinggir sungai dan betapa terkejutnya mereka mendengar letupan senjata yang terdengar dan terus mendekat kepada mereka. Merasakan sesuatu yang buruk Ibu Dodi langsung mendorong Dodi ke sungai, ia menyuruh Dodi agar tidak kembali untuk sementara dan bersembunyi di suatu tempat hingga ia  menjemputnya. Namun belum sempat Ibunya berlari untuk menjemput adiknya, salah seorang kelompok bersenjata tersebut telah menembaknya. Dodi yang hanyut tak dapat berbuat apa- apa  melihat kejadian itu. Ia bingung dan tak tahu akan bagaimana kedepannya.
            Setelah beberapa lama ia mengikuti arus sungai ia terpikir tentang Rian yang saat itu sedang bekerja. Dengan tubuh yang masih basah Ia langsung pergi untuk mencari Rian. Namun saat Ia sudah sampai di perempatan jalan, tak terlihat lagi keberadaan Rian di sana. Dengan tergesa- gesa ia berlari ke jalan pulang yang selalu mereka lewati. Untungnya Ia masih bertemu dengan Rian di suatu toko elektronik dan sedang menonton suatu acara yang sangat mereka sukai. Lalu Ia menceritakan semua yang terjadi kepada Rian. Tetapi Rian memaksakan kehendaknya untuk melihat tempat tinggal mereka. Namun Rian menyadaro tak ada lagi alasan untuk kembali, semua telah tiada. Di malam itu tak dapat lagi mereka rasakan hangatnya keluarga. Mereka memilih untuk mencari tempat tinggal yang baru. Berhari- hari mereka berjalan tak tentu arah dan hanya mengandalkan pemberian dari orang- orang untuk makan sehari- hari. Hingga suatu hari saat mereka masih tertidur dipinggir jalan mereka terbangun oleh seorang Pria  yang memberi mereka makanan. mereka di ajak oleh Pria tersebut ke sebuah rumah yang disana penuh dengan anak- anak seperti mereka yang sedang asyik bermain.
            Seakan mendapat keluarga baru, mereka ikut bermain dengan anak- anak itu. Dimalam hari mereka berkumpul untuk berbagi cerita bersama, mereka diminta oleh Pria tersebut untuk bernanyi satu persatu. Bagi mereka yang beruntung yang memiliki suara merdu akan mendapat hadiah dari Pria tersebut. Namun mereka berdua tak terpilih karena ada seorang anak yang memiliki tubuh kurus dan lebih kecil dari mereka yang memiliki suara sangat merdu. Merekapun tak putus asa dan akan berlatih untuk bernyanyi lebih baik lagi. Di sana juga mereka bertemu dengan seorang anak perempuan yang bernama Devi, ia juga ingin dipilih untuk mendapatkan hadiah tersebut.
            Keesokan harinya mereka dibangunkan dan disuruh untuk bersiap- siap. Mereka semua diantarkan ke setiap sudut kota. Dodi dan Rian tak tahu apa yang terjadi, Devi pun menjelaskan bahwa anak- anak yang diurus oleh pria itu harus mengemis untuk membalas budi atas kebaikannya. Seakan telah terbiasa dengan pekerjaan seperti itu mereka tak mempertanyakannya. Hingga suatu saat mereka melihat anak yang bermain- main saaat  bekerja dipukuli seakan kebaikan Pria itu hilang. Suatu hari Rian dipercaya untuk menjadi anak yang bertugas memukuli anak- anak yang bermain atau bermalas- malasan. Saat itu Rian belum menyadari sesuatu yang ganjal tentang Pria tersebut. Hingga suatu malam Rian diperintahkan untuk memanggil anak yang beruntung mendapatkan hadiah dari Pria itu. Namun betapa terkejutnya Rian saat ia melihat Pria itu dengan tangan dingin menyiramkan cairan yang membutakan anak itu. Rian tak tahu akan berbuat apa, namun dia hanya menuruti perintah Pria tersebut.
Hingga keesoka[2]nnya Pria itu meminta agar anak- anak berkumpul dan bernyanyi satu persatu lagi. Betapa beruntungnya bagi Dodi, ia mendapatkan hadiah itu. Setelah semua anak tertidur, Dodi yang sedang bercerita dengan Devi langsung dipanggil oleh Rian untuk menemui Pria itu. Rian yang tak rela sahabatnya dibuat buta langsung menyiram cairan itu ke arah Pria tersebut. Mereka berdua pun langsung berlari keluar dari tempat itu, dan ternyata Devi juga menyaksikan kejadian tersebut dan langsung ikut berlari bersama Dodi dan Rian, namun mereka tetap tak berada dalam situasi yang aman, mereka dikejar oleh bawahan Pria tersebut. Setelah lama berlari mereka tak sengaja bertemu dengan kereta api yang baru berjalan, Beruntung bagi Dodi dan Rian, mereka berhasil naik ke kereta itu, namun Devi yang kelelahan tak dapat menjangkau kereta itu dan terpaksa kembali ke rumah itu. Dodi yang tak merelakan hal itu mencoba kembali menjemput Devi, namun Rian menghalaunya karena Ia yakin mereka tak dapat berbuat apa- apa jika mereka menolong Devi.
Mereka berdua berhasil kabur dari rumah itu, bertahun tahun mereka hidup mengelandang, mencari uang dari mulai dari bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran, mengemis, dan berbagai macam hal mereka kerjakan demi melanjutkan hidup mereka. Namun Dodi yang tak dapat melupakan kejadian itu setiap hari mencoba mencari keberadaan Devi. Tak banyak yang Ia dapat lakukan.
Ia hanya dapat bertanya kepada setiap orang yang Ia temui tentang ciri- ciri Devi. Hingga suatu hari ia mendapat petunjuk bahwa Devi bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran. Dodipun langsung mengajak Rian untuk menjemput Devi.
Tak lama kemudian mereka telah sampai di restoran yang dimaksud. Betapa senangnya hati Dodi melihat Devi yang sedang bekerja di restoran itu. Tak dapat terpikirkan bahwan mereka dapat bertemu kembali. Tak disadari ternyata di sana juga Pria dan bawahannya yang memberi mereka tempat tinggal dahulu sedang berada. Pria itu langsung menghalau mereka dengan senjata yang dibawanya. Mereka sempat akan ditahan oleh Pria itu. Namun saat Pria itu mendekat kepada kami Rian juga mengeluarkan senjata yang disimpannya dan langsung menembak Pria itu. Sedangkan bawahannya yang lain hanya bisa terdiam karena mereka tak bersenjatakan apapun. Merekapun lekas kabur dari Restoran itu.
Saat mereka telah merasa aman dari tempat itu, mereka seakan- akan tak percaya dapat kabur dari sana. Dodipun heran dan menanyakan dari mana Rian mendapatkan senjata itu. Rian mengatakan bahwa Ia mendapat pekerjaan dari seseorang yang juga menjadi mafia yang sudah lama mengincar Pria yang ditembaknya. Awalnya Dodi tidak terlalu khawatir akan pekerjaan yang Rian lakukan, namun sampai suatu saat, Rian memaksa agar Devi untuk ikut dengannya. Tetapi Dodi yang mengetahui hal ini tak dapat mencegahnya karena Rian yang mengancam dengan menggunakan senjatanya. Sejak saat itu Dodi tak pernah lagi melihat mereka berdua. Kini semua seakan hilang, Dodi tak memiliki siapa- siapa lagi, tak terpikir olehnya bahwa sahabatnya dari kecil bisa menghianatinya, bahkan kini sahabatnya itu telah terjerumus ke dunia yang bahkan tak mungkin terbayangkan olehnya. Bahkan orang yang Ia cari dari kecilpun telah hilang.
Setelah semua hal itu Dodi mencoba melupakan segalanya, kini Ia hanya ingin mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik lagi. Di siang hari Ia bekerja sebagai pekerja bersih- bersih di suatu tempat kursus. Dari sana tidak hanya penghasilan yang Ia peroleh, namun juga ilmu yang didapat dari memperhatikan pelajaran diluar kelas. Di malam harinya Ia juga bekerja sebagia Office Boy di kantor salah satu operator telepon. Di kantor itulah Ia mendapat keberuntungan yang tidak terduga sekaligus menemukan kembali sesuatu yang berarti.
Di saat Ia sedang menjalankan tugasnya, Ia heran beberapa pegawai yang menjawab layanan masyarakat sedang sibuk menonton suatu acara di ruang istirahat. Ia lalu dipanggil oleh salah satu pegawai untuk menggantikan posisinya, dengan kesempatan itu ia mencoba mencari nama Rian dan  beberapa nomor muncul. Ia mencoba menelpon nomor- nomor itu satu persatu, d[3]an tak terduga olehnya jika yang menjawab telepon itu adalah Rian yang selama ini ia cari. Tanpa pikir lagi Ia langsung mengungkapkan siapa jati dirinya. Rian-pun seakan tak percaya jika itu adalah Dodi. Dodi langsung meminta Rian untuk bertemu dengannya. Setelah percakapan itu selesai, Ia mendapat panggilan dari sebuah nomor telepon, setelah Ia menjawab telepon itu, Dodi hanya menjawab beberapa pertanyaan dari sang penelpon. Ternyata itu adalah konfirmasi dari pendaftaran yang dilakukan oleh pegawai itu untuk mengikuti acara yang ditontonnya. Dodi dengan tak sengaja mengikuti acara tersebut dan seisi kantor tersebut riuh.
Keesokannya Dodi datang untuk bertemu dengan Rian disuatu tempat. Rian dengan penampilannya yang sudah tidak seperti dulu, kini Rian tak lagi hidup sengsara. Dodi yang masih teringat kenangan yang dibuat Rian dahulu tak dapat terpendam. Ia langsung mengeluarkan amarahnya yang juga bercampur dengan kenangan masa lalu mereka kepada Rian dengan beberapa pukulan yang bahkan Ia tak rela untuk melakukannya. Rian yang merasa bersalah hanya merelakan dirinya. Tak lama merekapun suasana mereda seperti mereka baru saja berkenalan di antara mereka. Di sana Rian menjelaskan segala perbuatan yang Ia lakukan dan bahkan Ia menceritakan bahwa kelompok yang menghancurkan desa mereka dulu adalah suruhan dari Ketua mafia dari Rian, mereka melakukannya hanya demi mendirikan sebuah komplek mewah demi keuntungan mereka sendiri. Dodi tak begitu memikirkan tentang apa yang Rian ceritakan, Ia hanya mau menanyakan tentang kondisi dan  keberadaan Devi sekarang. Setelah cukup Rian menceritakan semua yang terjadi, Dodi bergegas pergi ke alamat rumah tempat Devi bekerja sebagai pelayan. Dan ternyata rumah itu merupakan rumah ketua mafia yang memberi Rian pekerjaan. Dan saat itulah sekali lagi Dodi dapat bertemu kembali dengan Devi. Namun saat itu Devi tak bisa langsung pergi bersama Dodi. Gerbang Rumah itu seakan tak bisa terbuka dengan banyak bawahannya di sana. Dodi kini tak dapat berbuat apa- apa lagi, mungkin itulah pertemuan terakhir mereka. Dodi kini merasa lebih baik setelah bertemu dengan kedua sahabatnya dulu, meskipun mereka bertiga tak dapat lagi bersama.
Malam telah  datang, acara yang diinginkan oleh hampir semua orang dan tak terbayangkan dibenak Dodi kini telah datang. Dodi yang tak terlalu berharap dari acara tersebut hanya mencoba mengikutinya. Beberapa orang menganggap Dodi tidak akan menang karena dari tampang saja Ia sudah tak meyakinkan. Namun setelah beberapa kali menjawab pertanyaan, hampir semua pertanyaan itu merupakan pengalaman hidupnya selama ini. Hampir semua mata di kota itu menyaksikan acara tersebut, tak terkecuali Rian dan Devi. Melihat Bosnya yang sedang lengah, Rian dengan rasa bersalah mencoba memperbaiki kenangan buruk yang terukir dahulu dengan dengan membantu Devi untuk kabur dari rumah itu. Rian mencoba menghalau bawahan bosnya yang lain, Devi-pun akhirnya lolos dari rumah itu, namun sayangnya Rian tidak selamat karena mencoba melindungi Devi. Sementara itu Dodi terus menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh acara tersebut. Hingga sampai pertanyaan terakhir yang merupakan pertanyaan yang tak Ia ketahui jawabannya. Dengan keberuntungannya Dodi menjawab dengan benar dan menjadi orang kaya dan terkenal dalam semalam. [4]
Semua tak berhenti sampai di sana, Dodi yang telah sukses juga mendapat sesuatu yang selalu Ia harapkan selama ini, yaitu dapat bersama lagi dengan Devi. Semua itu Ia bukan dengan keberuntungan, namun  Ia mendapatkan semua itu dengan penuh perjuangan hidup dan merelakan banyak hal.[5]
karya : Muhamad Kusmurtanto

Unknown Cerpen